Seorang anak memiliki sifat yang suka marah. Ayahnya memberikan kepadanya sekantong paku dan mengatakan agar setiap kali rasa marahnya timbul, agar ia memasukkan sebuah paku di dalam pagar kayu yang ada di belakang rumah mereka.

Pada hari pertama ia memaku 37 paku ke dalam pagar. Kemudian secara bertahap setiap hari jumlah paku yang dimasukkan menjadi kurang. Ia berpendapat bahwa lebih mudah untuk menguasai rasa marahnya daripada memasukkan paku ke dalam pagar itu.
Akhirnya, tibalah hari di mana anak itu sama sekali tidak timbul rasa marahnya. Hal ini ia ceritakan kepada ayahnya. Kemudian ayahnya mengusulkan anak pemuda itu mencabut paku-paku itu satu persatu setiap hari ia berhasil untuk mengendalikan rasa marahnya.
Hari lepas hari lewat dan akhirnya tibalah hari dimana ia dapat mengatakan kepada ayahnya bahwa semua paku di dalam pagar telah tercabut.


Ayahnya membimbing anaknya ke pagar itu. Ia mengatakan, Kamu telah melakukannya dengan baik, anakku, namun lihatlah lubang-lubang pada pagar itu. Keadaan pagar itu selamanya tidak akan bisa sama lagi seperti semula. Tatkala kamu mengatakan sesuatu di dalam kemarahanmu, mereka meninggalkan sebuah bekas luka seperti yang kita lihat.


Kamu dapat memasukkan sebuah pisau di dalam tubuh seseorang. Tidak peduli berapa kali kamu meminta maaf kepadanya, luka itu masih tetap di sana. Kata-kata yang melukai sama buruknya seperti luka-luka jasmani.


Powered By :Admins Komunitas Dokter Indonesa

8 comments

hamba Allah mengatakan... @ 16 Juli 2009 pukul 21.12

iya...betul sekali...
saat kita marah...tanpa terkontrol kita mengeluarkan kata2 yg menyakiti hati orang lain...
memang lidah tak bertulang...

Anggie seorang mengatakan... @ 22 Juli 2009 pukul 10.13

iahiah ada dokter d kampus saia namanya dokter Taufik pasiak, beliau adalah seorang peneliti tentang otak dan keterampilan berfikir banyak buku yang sudah di hasilkan salahsatunya revolusi IQ/EQ/SQ, beliau pernah menjelaskan bahwa marah merupakan salah satu sindrom gangguan spritual nahh jadi buat yang suka marah - marah gga jelas berarti menderita SGS alias Sindrom Gangguan Spiritual ahahahahahahay jangan suka marah Lho bahaya bisa2 kena SGS

narti mengatakan... @ 19 Agustus 2009 pukul 06.35

artikel yg bagus, makasih sharingnya.

sda mengatakan... @ 19 Agustus 2009 pukul 06.36

luka karena kata2 lebih menyakitkan dan lama sembuhnya daripada luka karena pedang.

arumsekartaji mengatakan... @ 19 Agustus 2009 pukul 06.45

Untuk meredam rasa marah sebaiknya kita segera ambil air dan siramkan ke kepala. Bila dia seorang muslim maka segera sholat.
Ada cara untuk meredam marah yaitu doa untuk membuka hati nurani agar rasa marah berganti dengan Cahaya dan Kasihnya. Artinya marah jangan dipelihara dalam hidup ini. Bila kita berhasil meredam marah ini,maka dalam chakra jantung kita akan ada gumpalan yang hendak pecah. Itulah emosi negative dari marah tadi yang sedang dibersihkan oleh Cahaya Ilahi.

Ocim mengatakan... @ 3 September 2009 pukul 02.42

setiap manusia tidak luput dari kesalahan , untuk kita kemarahan jgn sampai terbawa ke alam kubur n mst kita hapus juga dari hati n bisa mengontrolnya

IYAN1982 mengatakan... @ 3 September 2009 pukul 04.38

bermanfaat untuk kita semua semoga kita dapat lebih sadar diri... aamiinn

Mlaty mengatakan... @ 3 September 2009 pukul 17.44

kisah yang bagus sobat..
makasih dah sharing
kita emang harus bisa mengendalikan amarah, jangan sampai melukai orang lain baik secara fisik maupun psikis.
Dari hadits Mu’adz bin Anas, Rasulullah SAW bersabda, “ Barangsiapa menahan amarahnya sedangkan ia mampu meluapkannya, maka Allah memanggilnya di kumpulan makhluk, dan Allah memberinya keleluasan memilih bidadari yang ia senangi.” Subhanallah.

Posting Komentar